Kamis, 07 Februari 2013

Cerita dari dunia tak berwarna

Andaikan saja permainan yang menarik sudah diberikan kepadaku sejak awal, pasti lah sudah aku tak akan menengok untuk bermain yang lain.

--------------

AKU DAN DIA

Dia cukup pantas untukku yang sulit ini. Dia cukup sabar untuk ku yang pembuat onar ini. Semuanya tentang dia dan kelebihannya, bersanding denganku lengkap dengan segala penyusah dan keangkuhanku. Bila itu pertanyaannya, apa aku yang cukup pantas untuknya?

Coba kau tinggal hanya untuk sehari saja di hati ini, dan pelajari semua yang terjadi disana. Apa hatiku berdenyut cepat ketika mendengar rayuannya? Apa aliran darahku memompa deras ketika dia memegang lembut wajahku? Atau apa ada semacam cemas ketika dia menghilangkan kabarnya untukku? Pelajarilah, dan rasanya ketidakstabilan apa yang aku rasakan. SIMPULKAN...bantu aku untuk menyimpulkannya!

Terkadang aku melihat dia dengan sangat jijik, bertanya dengan sangaaaaat pelan. "mengapa kau bisa sebahagia itu dengan hidupmu yang tidak ada apa-apanya?" "Mengapa kau sangat membanggakan aku dengan teman-temanmu? Tak tahukan kau aku membencimu lebih dari musuhmu sendiri? Tak tahukan kau bahwa seliter ludah sudah siap menghujanimu bila kau teruskan itu?"
Iya, aku melihat Pria yang ku katakan padanya ku cinta itu dalam kondisi sangat mengenaskan. Kasihan dia, yang berharap dengan kepalsuanku yang busuk. Dia berharap untuk cintaku yang tulus, padahal yang kuberikan padanya hanyanya bom waktu. Kasihan dia.

-----------------

AKU DAN KELUARGAKU

aku dengan hidupku, dengan marga di belakang namamu, dengan semua rentetan syarat dari keluargaku. Aku disulitkan, aku dikacaukan, aku dikerangkeng dalam kebebasan. Dan aku dicemooh dengan sangat kejam bila aku melawan.

Aku dikendalikan dari keharusanku membalas budi. Dan keegoisan sudah lama habis termakan pembentukkan yang keras, karna sejak kecil aku sudah sangat sering disuapi dengan omelan, dengan cacian, hinaan, hanya karna aku berusaha menjadi diriku sendiri.

Dilingkaran ini, aku hanya boleh mendengarkan. Sekalipun aku berkata, yang hanya boleh aku bicarakan hanya 'IYA', setuju maupun tidak jawabannya adalah iya. Mulut ini hanya untuk berkata dari apa yang mereka tak berhak katakan. Dan aku diwajibkan untuk menurut. Sekalipun aku membangkang, yang kulakukan hanya menangis. Susah menjadi aku, yang tetap saja menurut meski ku tak suka, yang tetap saja tersenyum meski hatiku tersayat-sayat luka. BERDARAH-DARAH.

DAN AKU TERUS MELAKUKANNYA PADA DIRIKU SENDIRI. Hanya untuk membentuk garis senyum di wajah-wajah mereka.

-----------------

AKU DAN BENCI

Dia sahabatku, berteman mendarah daging dalam hidupku. Aku sudah sangat paham tentang kebencian. Aku mengasuhnya di setiap sudut-sudut baik buruk hatiku. Mereka berdiam disana dengan rapi. Namun satu, mereka sengaja tak ku tanam diwajahku. Sengaja aku biarkan wajah ini diam polos penuh senyum. Aku tertawa sangat apik, membohongi orang-orang yang melihatku dengan cinta. Persetan dengan perasaan mereka denganku, aku bersahabat dengan benci. Sangat karib.

Namun satu hal, aku tidak pernah mengenal dendam. Tak pernah ku sentuh rasa itu, ku haramkan hingga ke ubun-ubun. Meski aku bernafaskan benci di setiap detik aku hidup, tak pernah ku penuhkan rasa itu hinggaku benar-benar marah. Ingin membalas pun rasa sakit ini aku tak mau, untu apa aku kotori tangan dan otakku untuk orang-orang yang ku benci.

Rasa benci ini sangat aku cintai. Bila boleh pun aku mati aku ingin membawa benci bersamaku. Untukku oleh-olehkan kepada Tuhan.

-------------

AKU DAN RASA CINTA

"aku mencintai semua hal yang aku benci"

---------------

CERITA INI, AKU TULISKAN DIATAS KERTAS PUTIH KUSAM YANG TERBUANG. TELAH AKU AMBIL DARI BAK SAMPAH DARI DUNIA TAK BERWARNA. KEMUDIAN AKU BERSIHKAN DENGAN TETESAN DARAH PAHIT KOTOR. SETELAH ITU AKU TULISKAN MENGGUNAKAN TINTA ANGIN YANG BERPENGHAPUS WAKTU. DAN AKU TAMATKAN DENGAN MEMOTONG NADIKU SENDIRI.

Minggu, 03 Februari 2013

Sebut saja skripsi

Inilah aku yang rapuh ketakutan
Dalam zig zag pikiran aku tersesat dalam benteng yang ku buat
Bersatu berjamaah dengan segala hal yang kesemutan
Berpikir untuk sesekali lebih keras, bekerja 29 kali lebih giat, dan kemudian kembali berpikir 70 kali lebih rumit.

---------

Ka Anis jadi kurusan, @poconggg mengetweetkan skripsi itu sangat menjemukan, dan para senior lainnya yang telah lebih dulu menjadi (terlihat) sangat mengenaskan setelah berkawan dengan (yang orang sebut) skripsi itu.
Ini saatnya saya, iya saya seorang (ngakunya) sang penulis yang biasanya dengan mudah merangkai kata menyairkan suara hati. Tapi kata orang skripsi itu sih mengutip kata orang, yang disatukan dengan pengetahuan kita, kemudian dikuatkan dengan sebuah penelitian dan hasil, kemudian disimpulkan. Dan pahitnya itu ada ujiannya. Dan saya sangat membenci ujian sampai ke buyut-buyutnya, karna itu pembunuhan kredibilitas, membunuh yang kita sebut perjuangan. dan menihilkan kerja keras menjadi dalam hitungan detikan waktu. Ga peduli seberapa banyak pembenaran tentang itu dan pembelaannya, ujian adalah kutukan *suara petir*

Duhilee dokteeeerrrr, susah banget sih buat dapetin nama itu didepannya nama depan :')

Sekarang mari berdoa:

"Ya Allah, Tuhan ku yang maha mendengar, melihat, dan perasa. Engkau tau seberapa resah hamba dalam kesulitan ini. Seberapa hamba sangat mengingat wajah lelah kedua orang tua hamba dalam menitipkan kebanggaan di kening ini. Dan seberapa inginnya hamba membuat senyum mereka merekah bangga"

"Ya Allah, Tuhan ku yang maha besar. Bila boleh hamba menjadi lancang, tolong lihatlah apa yang terjadi di bagian paling dalam dari relung pikiran ini. Tolong sampaikan pada dunia yang menguji hamba dengan tiada lelahnya, sampaikanlah bahwa hamba berjuang atas nama mereka . Iya Ya Allah, atas nama cinta hamba untuk semua cinta ini"

"Ya Allah, Ini hamba yang lemah. Yang hanya bisa memohon untuk dimudahkan. Terlepas dari seberapa besar yang akan hamba hadapi, mohon selalu tambahkan suntikan semangatmu hingga menembus ke tulang dan sumsum. meresap hingga ke jiwa yang menjemu mengkerut, kembali segar. kembali bergairah. Kembali meniti semuanya dengan senyuman harapan yang mungkin takkan habis"

"Ya Allah,  tak peduli seberapa banyak hamba meminta, seberapa sering hamba memohon. Dengarkanlah, Pertimbangkanlah, dan berikan yang terbaik. Dan untuk kebesaranMu lah hamba akan menerima apapun itu. Amiiiin"

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ga peduli sapapun yang baca ini. Akan, sedang, telah, ataupun tidak sama sekali "menyusun skripsi" percayalah sebenarnya kita setiap harinya memang sudah dalam sebuah BAB dari PERJALANAN karir. Jalan yang saya pilih adalah menjadi mahasiswa, suka atau tidak (malah lagu wali) syaratnya adalah begini. Ya sudahlah yaa, hidup itu emang kasar. Maka jalanilah dengan lembut dengan bumbu-bumbu tawa. Kalau memang kamu ga menemukan orang-orang yang bisa menjadikanmu lebih tertawa, kenapa ga dari diri sendiri. Gelitikin diri sendiri misalnya :P