Minggu, 27 November 2011

Melepas kamu, saya capek!!!

Rasanya saya sudah cukup siap untuk melupakan semua kenangan saya dengan mantan. Rasanya ingin sekali menghapus semua tulisan saya sebelumnya tentang begitu terlukanya saya tanpa dia. Namun kembali saya berkomitmen dalam blog ini, tidak ada yang boleh diubah kecuali kehidupan nyata saya.

Benar saja, rasanya sekarang saya benar-benar mendapatkan jiwa saya yang kemaren-kemaren tertimbun dalam rintihan palsu saja, yah kesimpulan kasar yang mampu saya tarik dari kehidupan saya pasca putus adalah "KELEBAYAN ANAK MUDA". Ehhhmm, intinya begini, sekarang saya tanpa mantan (hal yang dulu menurut saya akan membuat saya mati) malah menjadikan diri saya menjadi lebih membaur dalam kehidupan.

Sudahlah, lelah sudah rasanya saya membahas tentang dia. Habis sudah rasa gundah, sedih, tidak terima, cemburu, dan hal "melebay" lainnya yang sebenarnya dalam dunia medis tidak membuat saya terancang penyakit mematikan ketika saya dalam proses itu. Biarlah dia dengan hidupnya, saya dengan hidup saya, dan cerita saya yang menurut saya menarik.

Dunia saya saat ini adalah hal yang menjadi bagian selanjutnya dari tulisan saya kemudian, tapi kembali lagi, saya ga akan mengubah apa-apa kecuali kehidupan nyata saya.
Berhenti bergumul dengan kata-kata berputar yang membosankan. Saatnya kita berbicara hal yang menarik.

Saat ini saya tidak punya inspirasi, melihat sekeliling, lalu tanpa sengaja saya mendengar suara tetangga kos saya tertawa girang sekali. Mungkin bagi tetangga lainnya yang sudah terlelap, suara itu sama saja seperti suara alarm pikun yang menyebabkan, tidak tahu waktu.

Yah, beginilah pergaulan kos. Semua membuat dirinya hidup dengan "semaunya" dia saja, mungkin dalam pikirannya, dengan mereka bayar kosan, selain untuk tinggal dengan uang itu mereka juga membeli keributan dan waktu bebas untuk berekspresi.
Apalah bentuknya, ingin rasanya ketika mereka tertawa begitu riuh, saya masukan petasan kedalam mulutnya yang terbuka lebar, lalu meledak, biar tau rasa.

Bukan masalah ini hari libur atau saya terlalu serius untuk hal sepele. Tapi rasanya ini sudah sangat malam, saya sudah terlalu lelah untuk sabar dengan sikap seenaknya mereka. Sempat berpikir, andai saya tidak junior, mungkin saya bakal memarahi mereka sampai muka mereka pucat pasi karna malu.

Tidak bisa kah menjadi lebih tenang dan menghargai sebuah keheningan????
Bukankah sudah sama-sama dewasa untuk bisa mengerti apa guna malam dan siang??

Entahlah, mungkin saya yang terlalu menjadi orang yang idealis. Hingga rasanya tidak punya toleransi untuk sebuah gelak tawa....