Keluarga mengajarkan banyak hal tentang yang namanya bertahan dalam kesusahan hidup. Meski bukan siapa-siapa, dan bukan apa-apa di peradaban manusia ini, keluargamu adalah tameng paling kuat yang melindungimu dibalik perebutan duniawi. Mereka akan hadir, menjadi alasan disetiap tujuan dari kehidupan. Atas nama mereka pula, kelak ketika kita berhasil menaklukan dunia, sebuah penghargaan itu ada. Begitu juga sebaliknya, mereka terkadang menjadi alasan yang tidak logis, ketika kegagalan menjadi tamu diperjuanganmu. Keluarga adalah segalanya alasan kehidupan ini.
Bue...
Salah satu sosok yang paling berpengaruh dalam perjuangan ini. Dia satu-satunya kakek yang benar-benar sosok seorang kakek. Entah apa, dan bagaimanapun kekurangannya. Aku ga pernah malu untuk bilang dia BUE ku.
Akhir Februari kemaren kakek genap 85 tahun. Badannya kurus, ngomongpun jarang. Ga seperti sosok bue yang pikun, yang konyol, yang selalu menjadi alasan mamah untuk marah tiap harinya. Bue hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur, dengan rambut putihnya, dengan garis wajah yang melambangkan banyak hal yang telah ia lewati di dunia.
Malam ini, 12 April 2012.
Bue menjadi alasan keluarnya air mata ini. Kenapa pula harus menangis. Padahal sudah sejak hari terakhir ketemu bue, aku uda belajar buat ikhlas.
Tapi entah kenapa, rasanya ada takut yang besar untuk menyambut besok pagi. Meskipun untuk melewati malam inipun sepertinya sangat berat.
Banyak hal yang udah dilalui bersama bue, banyak kenangan yang ku punya bersamanya. Semuanya lucu dan konyol, tapi kenapa air mata malah keluar ketika mengenang semuanya.
Tante yaya baru saja nelpon, dia bilang keadaan bue yang semakin memburuk.
"Kita tunggu aja, mungkin bue mu ga nyampe besok pagi. Yang kuat ja lah kamu disana. Namanya kehidupan"
dan gue hanya bisa jawab
"Iya Te, ga papa. Ica kuat kok. Yang terbaik aja buat bue"
Dibalik sifat tabah ini, dibalik kekuatanku untuk menerima semuanya. Itu hanya topeng, seandainya ada yang tahu, apa yang terjadi di dalam diri ini, mungkin dia akan terbakar untuk melihatnya.
Masih ga percaya, bahwa malam ini sudah mendekati akhir dari cerita tentang bue.
u 're the best one bue
Bue punya cita-cita buat gue. Cita-cita yang ga kesemua cucunya dikasih. Bue sangat menyayangi gue, beliau membanggakan gue. Teringat masa ketika bue ngomong dengan bangga kalo dia punya cucu calon dokter. Bue bilang bakal siap jadi pasien pertama gue, bue juga bilang dia yang akan hadir nanti di wisuda gue. Bue nyimpenin giginya yang udah lepas buat gue. Gue inget banget ketika bue bongkar lemarinya buat nyari gigi yang dia simpen, dan ternyata giginya diambil tikus. Lucu kan? tapi kenapa gue kok malah nangis yaa.
Gue janji, gue ga boleh gagal. Gue harus dapetin semuanya. HARUUUSS. Gue ga mau bue kecewa.
bue... we love you
Yang terbaik buat bue, yang terbaik buat kami semua. Meski yang terbaik itu adalah bagian yang paling pahit, tapi itulah kemungkinan yang paling siap untuk kita hadapi.
Gue siap untuk tabah dan menggapai cita-cita tanpa bue. Tapi dari hati yang paling dalam, gue masih berharap bue hadir di pelantikan menjadi dokter gigi nanti.
Bue, Ica sayang bue. Kami semua sayang bue. Tersenyumlah untuk kami. Tersenyumlah dengan senyuman kebanggaanmu itu :')
Bue, Ica sayang bue. Kami semua sayang bue. Tersenyumlah untuk kami. Tersenyumlah dengan senyuman kebanggaanmu itu :')